Seni Barongan



Seni barongan merupakan salah satu warisan budaya  yang masih  ada di kota demak,dan desa yang masih mempopulerkan seni barongan adalah Desa Gebang,kecamatan Bonang,Kabupaten Demak,jawa tengah.

Biasanya seni barongan ada jika ada acara sunatan atau acara grebek besar lho teman-teman,Di desa Gebang ada beberapa sanggar  seni barongan  lho teman-teman di antaranya Sanggar Kademangan, saat ini dipimpin Slamet Hadi Subeno. Sedangkan Kusumo Joyo dipimpin Hartono, dan Putro Turonggo Samudro dipimpin Zubaidi. Ketiga sanggar tersebut rata-rata pernah malang melintang di ajang pentas bertaraf nasional. Bahkan, Sanggar Barong Kademangan pernah menjadi duta Jawa Tengah untuk menggelar pentas di Malaysia, kota yang telah kami singgahi untuk menggelar pentas. Di antaranya Bandung, Jakarta, Surabaya, Medan, Yogyakarta, Magelang, Palembang dan masih banyak lagi. Lakon yang kami mainkan merupakan pakem asli Demak.
kesenian barong Demak memang memiliki ke-khas-an tersendiri. Selain dari pakem ceritanya, yang membedakan barong Demak dengan lainnya nampak dari pakaian yang dikenakan. “Barong Demak menceritakan kaum ulama pada saat membuka hutan Glagah Wangi. Ceritanya, kaum ulama memperoleh perlawanan dari siluman penghuni hutan. Namun akhirnya, siluman itu berhasil dikalahkan dan justru mau diajak bersatu untuk menjadikan hutan sebagai cikal bakal Kerajaan Demak Bintoro.Sedangkan dari segi pakaian, barong Demak lebih menonjolkan unsur batik khas pesisiran. Motif batik pesisiran khas Demak yang biasa dipakai para pemain barong meliputi ulam segaran, semangka tegalan dan tiga rangsik. Semua motif itu rata-rata memiliki warna cerah mencolok.

PEMENTASAN
Dalam pementasan barongan acap kali pemain kesurupan, karena memang sebelum pentas barongan diberi jampi-jampi dan sajen. Pemain yang memainkan barongan seolah tak sadarkan diri dan suka ngobrak memberontak, anak-anak kecil yang suka menontonpun lari ketakutan. Setiap kali pentas biasanya Singo Karyo memasang tarif 2,5 juta. Itu sudah termasuk biaya transport. Memang jika dibayangkan tidak seberapa upah yang mereka terima dari hasil berkesenian ini. Mungkin jika dihitung bersih, uang yang mereka terima sekali main tidak lebih dari 75 ribu per orang. Upah dari pekerjaan inipun tidak bisa digunakan untuk pekerjaan utama. Kalau musim tanggapan, seperti pada bulan besar atau agustusan, Singo Karyo bisa main ngedhur main tanpa henti . Namun jika sudah lewat bulan-bulan itu, paling hanya satu atau dua yang nanggap, merekapun kembali pada pekerjaan utama yaitu bertani. Kekhawatiranpun muncul dari pak busono selaku penasihat , mengingat tidak adanya generasi muda yang meneruskan mbarong. Dia sangat khawatir suatu saat nanti Singo Karyo akan hilang ditelan zaman, tergerus oleh modernisasi,hiburan yang semakin beragam. Diapun hanya bisa pasrah dan terus berkarya. nah gimana teman-teman tertarik buat lihat seni barongan bukan. 
Galeri:




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesona Belimbing Demak dari masa ke masa

Pesona Kelenteng Poo An Bio Demak